DPRD Samarinda Dorong Pemanfaatan Sungai Sebagai Transportasi dan Wisata Untuk Kurangi Kemacetan dan Jaga Air Bersih

Anggota Komisi III DPRD Samarinda, Abdul Rohim (Ft: Mela)

Mediaborneo.net, Samarinda –   DPRD Kota Samarinda tengah mengkaji gagasan untuk memanfaatkan sungai sebagai jalur transportasi alternatif sekaligus destinasi wisata. Upaya ini dinilai penting untuk mengurangi kemacetan jalan raya yang semakin parah sekaligus mengoptimalkan potensi sungai sebagai aset kota.

Anggota Komisi III DPRD Samarinda, Abdul Rohim, mengungkapkan bahwa pemanfaatan sungai untuk transportasi merupakan salah satu solusi yang sedang didorong DPRD Samarinda.

“Salah satu yang kami dorong adalah menjadikan sungai sebagai sistem transportasi. Selama ini kita terlalu mengandalkan transportasi darat,” ujar Rohim, Rabu (6/8/2025).

Ia menyebut pemanfaatan sungai tidak hanya sebagai alternatif transportasi, tetapi juga sebagai daya tarik wisata. Menurutnya, pemanfaatan yang optimal akan mendorong kepedulian terhadap kebersihan dan kelestarian sungai, yang berdampak positif bagi pariwisata sekaligus menjaga ketersediaan air bersih di Samarinda.

“Selain mengurai kemacetan, sungai juga bisa dimanfaatkan sebagai destinasi wisata bahari. Kalau ini dimanfaatkan, kita akan lebih peduli pada sungai. Kita akan menjaga kebersihannya. Dampaknya nanti air baku akan tetap tersedia,” tambahnya.

Abdul Rohim menyebut Sungai Mahakam, Karang Mumus, dan sungai-sungai lain di Samarinda sebagai aset strategis yang harus dijaga, bukan hanya untuk pariwisata dan transportasi, tetapi juga untuk kebutuhan dasar masyarakat.

“Sungai, baik Sungai Mahakam, Karang Mumus, maupun sungai-sungai lain yang ada di Kota Samarinda harus dipahami sebagai aset strategis kota karena menjadi sumber air baku,” tegasnya.

Ia mengingatkan ancaman krisis air bersih jika kualitas sungai tidak dijaga. Ia menekankan bahwa pencemaran dan sedimentasi yang terus meningkat akan memberi dampak besar dalam jangka panjang. Saat ini, PDAM bahkan sudah menghadapi kendala dalam pemenuhan air baku dari Bendungan Benanga.

“Jika air tercemar dan sedimentasi terus meningkat hingga deposit berkurang, krisis air bersih akan mengancam. Dampaknya mungkin belum terasa sekarang, tetapi dalam 5–10 tahun ke depan akan nyata. Bahkan PDAM sudah mengeluhkan penurunan deposit air di Bendungan Benanga,” ujarnya.

Abdul Rohim berharap pemerintah kota mengkaji serius rencana pemanfaatan sungai agar tetap berfungsi sebagai transportasi, destinasi wisata, dan sumber air baku secara berkelanjutan. (Mela/Adv/DPRD Samarinda)

Share