MEDIABORNEO.NET, SAMARINDA – Olahraga tradisional semakin diminati oleh pelajar di Kalimantan Timur (Kaltim).
Dispora Kaltim, melalui Kepala Seksi Olahraga Tradisional dan Rekreasi, Thomas Alva Edison, mengungkapkan, sosialisasi olahraga tradisional telah gencar dilakukan di berbagai sekolah.
Menurut Thomas, pihaknya telah menunjuk 1.234 instruktur khusus yang aktif mensosialisasikan olahraga tradisional di sekolah-sekolah.
“Kami memiliki jadwal rutin dan juga melayani permintaan khusus dari sekolah. Anak-anak sangat antusias, terutama saat mereka mencoba alat-alat seperti gasing dan egrang,” ungkapnya.
Selain memberikan peralatan, instruktur juga hadir untuk membimbing siswa dalam memahami cara bermain yang benar.
“Tidak semua anak sudah mahir. Karena itu, kami kirim instruktur ke lokasi untuk memberikan edukasi sambil memperkenalkan olahraga tradisional sebagai bagian dari aset budaya daerah,” terang Thomas.
Program ini tidak hanya memperkenalkan olahraga tradisional, tetapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai lokal yang hampir terlupakan. Dengan adanya permintaan dari berbagai sekolah, seperti untuk acara khusus atau kegiatan ekstrakurikuler, Dispora Kaltim memastikan peralatan dan pendampingan tersedia secara lengkap.
Beberapa sekolah bahkan secara rutin meminjam alat-alat seperti gasing dan egrang untuk berbagai kegiatan.
“Ketertarikan ini membuktikan bahwa olahraga tradisional bisa bersaing dengan tren olahraga modern. Ini adalah bentuk pelestarian budaya yang sangat efektif,” kata Thomas.
Meski program berjalan lancar, Thomas mengakui bahwa tantangan tetap ada. Salah satunya adalah memastikan ketersediaan instruktur yang cukup, mengingat permintaan yang terus meningkat.
“Untuk tahun depan, kami masih mengevaluasi apakah perlu penambahan struktur atau tidak,” ujarnya.
Dispora Kaltim berkomitmen untuk terus mengintegrasikan olahraga tradisional ke dalam kehidupan pelajar.
“Sosialisasi ini bukan hanya untuk bermain, tetapi juga untuk menyadarkan anak-anak bahwa olahraga tradisional adalah identitas daerah mereka,” jelas Thomas.
Melalui pendekatan ini, diharapkan olahraga tradisional tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga menjadi bagian integral dari kurikulum pendidikan. Pada akhirnya, program ini bertujuan untuk membangun rasa bangga terhadap warisan budaya lokal sekaligus mendukung pendidikan karakter generasi muda. (Adv/Koko/M Jay)