Mediaborneo.net, Samarinda – Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sri Puji Astuti, kembali menyoroti lemahnya upaya konkret Pemerintah Kota dalam membangun budaya literasi dan mengelola kearsipan secara profesional. Dalam kunjungannya ke Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah, Sri menegaskan bahwa literasi harus menjadi pilar utama pembangunan daerah, bukan sekadar wacana tahunan.
“Minat baca kita bukan hanya rendah, tapi tak ada ekosistem yang mendukung. Pojok baca belum jalan, regulasi literasi belum dibentuk, dan depo arsip kita masih semrawut,” ujarnya, Senin (21/7/2025).
Menurutnya, literasi bukan hanya soal membaca buku, tapi soal membentuk pola pikir masyarakat agar lebih cerdas dan produktif di era digital.
“Kita ini hidup di zaman media sosial. Kalau literasi digital tidak diarahkan, bisa jadi bumerang. Maka, kita butuh strategi literasi yang progresif dan inklusif,” tegasnya.
Ia juga menyinggung lemahnya manajemen arsip di berbagai OPD yang dinilai memperlambat kinerja pelayanan publik. Sri mengungkapkan, banyak dokumen penting tidak terorganisasi dengan baik, dan pencarian data seringkali memakan waktu.
“Ini bukan hanya soal tumpukan kertas, tapi menyangkut tata kelola pemerintahan yang efektif,” katanya.
Meskipun DPRD bersama dinas terkait telah mengalokasikan anggaran untuk perbaikan sarana Literasi dan kearsipan, realisasi program banyak terganjal oleh kebijakan efisiensi dari pemerintah pusat. Hal ini, menurut Sri, seharusnya menjadi pemicu Pemkot untuk lebih kreatif dalam mencari solusi.
“Jangan selalu menyalahkan efisiensi pusat. Kita bisa inovasi dengan menggandeng komunitas, dunia usaha, dan media untuk menciptakan gerakan literasi akar rumput,” katanya.
Sri juga mendorong agar ruang sidang DPRD tak hanya dipakai untuk rapat, tapi dibuka untuk kegiatan literasi publik seperti diskusi buku, pelatihan menulis, atau seminar digital literacy.
“Parlemen harus dekat dengan rakyat, dan literasi adalah jembatannya,” ucapnya.
Ia menutup dengan ajakan kepada semua pihak pemerintah, sekolah, komunitas, hingga orang tua untuk bersama-sama membangun kesadaran literasi yang tidak hanya teoritis, tapi juga aplikatif.
“Literasi adalah investasi masa depan. Kalau kita abaikan hari ini, maka kita sedang membiarkan generasi mendatang berjalan dalam gelap,” tutupnya. (Melan/ADV/DPRD Samarinda)