Kekerasan Terhadap Anak di Kota Samarinda Masih Tinggi, Sri Puji Astuti: Jangan Diam, Laporkan!

Mediaborneo.net, Samarinda –   Masalah kekerasan terhadap anak di Kota Samarinda ternyata belum kunjung usai. Dari tahun ke tahun, angka kasus kekerasan anak masih tinggi, terutama yang melibatkan anak perempuan sebagai korban.

Berdasarkan data Simfoni PPA, tercatat 189 kasus kekerasan terhadap anak di tahun 2023. Sempat menurun menjadi 150 kasus di tahun 2024, namun pada 2025 hingga Mei saja, sudah ada 87 laporan yang masuk. Ironisnya, bentuk kekerasan yang dominan masih didominasi oleh pelecehan seksual dan kekerasan psikis.

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sri Puji Astuti, angkat bicara. Ia menegaskan bahwa masalah kekerasan terhadap anak di Kota Samarinda bukan semata tanggung jawab pemerintah, melainkan juga butuh kepedulian aktif dari masyarakat.

“Kita memang tidak bisa mengawasi semua tempat, tapi kita bisa dorong korban untuk berani bicara. Itu sudah jadi langkah awal penyelesaian,” tegasnya.

Sri Puji menyoroti fakta miris bahwa banyak orang tua justru memilih menutupi kasus kekerasan terhadap anak karena rasa malu atau takut cibiran lingkungan.

“Kalau anak kita jadi korban, jangan malah disimpan. Laporkan! Itu tanggung jawab kita sebagai orang tua,” imbuhnya.

Sri Puji juga menekankan pentingnya semua pihak, termasuk aparat penegak hukum, sekolah, hingga dinas terkait untuk aktif turun ke lapangan. Ia bahkan mengecam praktik penutupan kasus di lingkungan sekolah yang melibatkan oknum guru.

“Kalau memang terbukti salah, ya harus diberi sanksi tegas. Jangan cuma dipindah atau ditegur doang,” ujarnya .

Ia menegaskan bahwa penurunan jumlah kasus belum tentu mencerminkan perbaikan kondisi, karena jenis kekerasannya tetap sama dan akar masalah belum tersentuh serius.

Masih banyak masyarakat yang menganggap kekerasan terhadap anak sebagai urusan rumah tangga. Padahal, kekerasan terhadap anak adalah persoalan publik yang membutuhkan intervensi nyata dari semua pihak.

Sri Puji berharap, gerakan melawan kekerasan anak tidak berhenti sebatas slogan.

“Anak-anak kita butuh perlindungan, bukan pembiaran,” pungkasnya. (ADV/DPRD Samarinda)

Share