MEDIABORNEO.NET, SAMARINDA – Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) kembali menunjukkan kinerja ekonomi yang solid pada Agustus 2024 dengan mencatatkan deflasi sebesar 0,12 persen (mtm), sebuah capaian penting di tengah aktivitas yang padat, termasuk perayaan Hari Kemerdekaan di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Berdasarkan laporan terbaru dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, angka ini menjadi indikator positif dalam menjaga stabilitas harga pangan, yang menjadi kunci utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di wilayah Kaltim.
Meski deflasi Kaltim bulan ini lebih dangkal dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,38 persen (mtm), dan masih lebih rendah daripada deflasi nasional yang hanya sebesar 0,03 persen (mtm), namun inflasi tahunan Kaltim tercatat sebesar 2,13 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dari inflasi nasional yang berada di angka 2,12 persen (yoy).
“Dalam perspektif ini, inflasi yang terjaga di Kaltim menjadi penanda bahwa kebijakan pengendalian harga yang diterapkan TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) berjalan dengan efektif,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Budi Widihartanto.
Lebih rinci diterangkan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi kontributor utama deflasi di Kaltim dengan andil sebesar 0,26 persen. Komoditas seperti ikan layang, daging ayam ras, bawang merah, tomat, dan kangkung mengalami penurunan harga yang signifikan, didorong oleh melimpahnya pasokan akibat masa panen di sentra produksi Jawa Timur.
“Penurunan harga daging ayam ras juga disebabkan oleh menurunnya permintaan pasca Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Iduladha. Meski demikian, kegiatan upacara kemerdekaan di IKN, serta dimulainya tahun ajaran baru menjadi penahan deflasi lebih dalam di sektor transportasi dan pendidikan,” jelas Budi Widihartanto.
Untuk mendukung stabilitas inflasi, Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) terus digencarkan oleh TPID se-Kaltim. Berbagai langkah konkret telah diambil, seperti peresmian kios pengendali inflasi di Pasar Rawa Indah, Kota Bontang, serta penyaluran beras SPHP ke kios penyeimbang inflasi di Pasar Segiri dan Pasar Merdeka.
Operasi pasar murah juga dilaksanakan di Kota Samarinda dan Bontang, sementara bantuan sarana dan prasarana tani disalurkan ke kelompok tani di Kutai Kartanegara dan gapoktan di Berau untuk memperkuat pasokan pangan dari hulu.
Sebagai bagian dari strategi 4K—keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, serta komunikasi efektif—TPID Kaltim terus berupaya menjaga kelancaran distribusi pangan, termasuk dengan memberikan subsidi ongkos angkut dalam kegiatan pasar murah.
Koordinasi antar TPID se-Kaltim juga intensif dilakukan melalui rapat-rapat koordinasi, termasuk Rakorpusda pada akhir Agustus 2024 yang membahas penguatan infrastruktur dan teknologi. (**/M Jay)