MEDIABORNEO.NET, SAMARINDA – Pada triwulan pertama 2024, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mencatat pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kaltim, Bayuadi Hardiyanto, mengungkapkan, sektor pertambangan dan komponen ekspor memimpin pertumbuhan ini, dengan kontribusi yang luar biasa dari upaya korporasi pertambangan batubara yang berusaha mencapai target produksi di awal tahun.
Pertumbuhan ekonomi Kaltim yang pesat pada triwulan pertama 2024 didorong oleh beberapa komponen utama. Dari sisi lapangan usaha, sektor pertambangan mencatat pertumbuhan tertinggi. Hal ini terutama disebabkan oleh upaya korporasi pertambangan batubara yang berusaha mengejar target produksi nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Pada triwulan I 2024, lapangan usaha pertambangan, perdagangan, dan pertanian mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, di tengah sektor lainnya yang tumbuh melambat,” terang Bayuadi.
Dari sisi pengeluaran, komponen ekspor mencatat pertumbuhan tertinggi di antara komponen utama lainnya. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya nilai ekspor migas dan batubara. Pertumbuhan nilai ekspor batubara, misalnya, sangat dipengaruhi oleh peningkatan harga batubara acuan (HBA) di triwulan pertama 2024.
“Ekspor dan konsumsi rumah tangga mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, sejalan dengan pertumbuhan sektor pertambangan dan perdagangan,” ujarnya.
Namun, meskipun pertumbuhan ekspor batubara mencatat peningkatan yang signifikan di triwulan pertama, volume ekspor batubara di triwulan kedua 2024 mulai melambat. Hal ini disebabkan oleh penurunan permintaan dari negara mitra dagang utama, terutama Tiongkok, meskipun harga acuan batubara tetap tumbuh lebih tinggi.
Selain sektor pertambangan, sektor industri pengolahan di Kalimantan Timur juga mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Meski begitu, pada triwulan pertama 2024, sektor ini mengalami kontraksi sebesar 0,64 persen (yoy) akibat penurunan kinerja industri minyak kelapa sawit (CPO) yang lebih dalam dibandingkan peningkatan di industri migas.
Nilai ekspor CPO tumbuh melambat selama periode tersebut, sementara nilai ekspor migas mencatat peningkatan yang lebih tinggi seiring dengan perbaikan harga.
Memasuki triwulan kedua hingga Mei 2024, nilai ekspor kembali menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, seiring dengan peningkatan harga.
“Triwulan II hingga Mei mencatat pertumbuhan nilai ekspor yang lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya, seiring dengan peningkatan harga,” pungkas Bayuadi. (Koko/M Jay)