Gas LPG 3 Kilogram di Samarinda Tembus Rp40 Ribu! DPRD Desak Penindakan Tegas Oknum Nakal

Mediaborneo.net, Samarinda –   Harga gas LPG 3 kilogram alias gas melon di Samarinda kembali bikin masyarakat resah. Di beberapa titik, harga jualnya melonjak drastis hingga Rp40 ribu per tabung padahal gas ini merupakan subsidi dari pemerintah yang ditujukan untuk masyarakat kecil.

Kondisi ini langsung memantik reaksi dari Anggota Komisi I DPRD Kota Samarinda, Markaca, yang menilai situasi ini sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Ia menegaskan, Harga Eceran Tertinggi (HET) jelas-jelas dilanggar, dan masyarakat kecil menjadi korban utamanya.

“Harga gas subsidi semestinya bisa dijangkau rakyat. Tapi sekarang banyak yang harus beli Rp35 ribu sampai Rp40 ribu. Ini sudah kelewat batas!” tegas Markaca.

Markaca mencurigai adanya permainan harga yang melibatkan oknum di jalur distribusi, baik di tingkat pangkalan maupun agen. Ia pun mendesak agar pemerintah dan aparat segera mengusut kemungkinan praktik penimbunan yang menyebabkan kelangkaan dan lonjakan harga di lapangan.

“Kalau benar ada yang sengaja simpan stok untuk dijual mahal, itu sudah masuk ranah pidana. Aparat harus bertindak. Jangan main-main sama hak rakyat,” ucapnya

Kondisi ini dinilai sangat memukul pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), seperti pedagang gorengan, warung makan, hingga penjual keliling. Harga gas yang tinggi bisa membuat biaya operasional membengkak dan penghasilan menurun drastis.

“Apa harus masak pakai kayu lagi? Kasihan rakyat kecil,” kata Markaca.

Markaca meminta pemerintah untuk mengawasi ketat agen dan pangkalan resmi. Jika terbukti melakukan pelanggaran atau penimbunan, sanksinya harus tegas, bahkan sampai pencabutan izin.

Tak hanya itu, ia mengajak media dan masyarakat untuk bersuara lantang dan terus mengawal isu ini agar tak tenggelam dan bisa mendapatkan perhatian serius dari pemerintah pusat maupun aparat pengawas.

“Masalah gas LPG 3 kilogram di Samarinda ini cermin betapa masih rapuhnya sistem distribusi kita. Kalau dibiarkan, yang menderita adalah masyarakat paling bawah,” pungkasnya. (ADV/DPRD Samarinda)

Share