MEDIABORNEO.NET, SAMARINDA – Jelang Natal dan Tahun Baru 2022, sejumlah komoditas mengalami lonjakan harga, seiring dengan banyaknya permintaan dari masyarakat. Salah satu diantaranya adalah komoditi cabai.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Provinsi Kaltim HM Yadi Robyan Noor mengatakan, beberapa faktor yang menyebabkan “pedasnya” harga cabai di pasaran saat ini selain dipengaruhi musim, juga tingginya permintaan.
“Jadi cabai itu, kemarin sudah saya jelaskan di rapat. Musim cabai sudah selesai dan yang kedua, saat ini musim hujan. Ini kan permintaan tinggi, persediaan memang sama. Setiap natal dan tahun baru permintaan naik 20 persen,” ucapnya saat diwawancarai awak media, usai menghadiri acara launching Website KURKaltim.com, Kamis kemarin (16/12/2021).
Walaupun mengakui adanya kenaikan harga cabai, Yadi Robyan Noor memastikan bahwa ketersediaan stok cabai untuk Kaltim masih terjamin hingga beberapa waktu ke depan. Selain itu, harga cabai untuk di pasaran Kaltim sendiri masih lebih murah, daripada harga cabai di luar Kaltim.
“Untuk stok, kami jamin dijaga. Aman. Memang harga cabai ini naik, tapi harga saat ini di seluruh Indonesia naik. Jadi bukan di Kaltim saja. Boleh dicatat, kita masih di bawah seratus lah (harga cabai, red). Daerah lain malah sudah di atas seratus, khusus cabai merah keriting dan cabai tiung” ujarnya.
“Untuk cabai karena panen selesai dan musim penghujan tadi di s tribusinya terganggu. Tapi kami jamin stoknya,” katanya.
Menurut Yadi Robyan Noor, berdasarkan hasil dari survei mahasiswa milenial, perbandingan mengenai kegemaran mengkonsumsi cabai segar yang diolah menjadi sambal tradisi dengan sambal siap saji ternyata banyak yang memilih sambal siap saji. Hal itu dikatakannya sangat mengkhawatirkan.
“Banyak milenial tidak tergantung sambal tradisional atau yang fresh, mereka menggunakan sambal yang diproduksi. Ini mengkhawatirkan, karena anak milenial lebih suka sambal produksi dibandingkan sambal tradisional,” imbuhnya.
Penulis : Oen
Editor : M Jay