MEDIABORNEO.NET, SAMARINDA – Angka kematian bayi di Kalimantan Timur (Kaltim) terus menunjukkan penurunan. Hal ini disampaikan Kadis Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kaltim yang mencatat pada tahun lalu ada 73 kematian bayi baru lahir, sementara 2024 ini jumlahnya turun menjadi 46. Namun, kematian akibat diare dan infeksi saluran pencernaan masih menjadi tantangan utama di wilayah ini. Dengan fokus pada lingkungan sehat, upaya pencegahan terus digalakkan untuk menekan kasus ini.
Menurut Jaya, tingginya angka kematian bayi baru lahir sering kali dipicu oleh faktor lingkungan yang buruk, termasuk kebersihan sanitasi dan kurangnya akses ke fasilitas kesehatan.
“Anak-anak yang terkena diare dan infeksi saluran pencernaan adalah masalah utama. Jika lingkungan diubah menjadi lebih sehat, maka risiko ini dapat diminimalkan,” ungkapnya.
Salah satu strategi yang dilakukan adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya sanitasi. Pemerintah juga mendorong pemberdayaan masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan, seperti memastikan ketersediaan air bersih dan membuang limbah dengan cara yang benar.
Meski angka kematian anak mulai menurun, angka kematian ibu melahirkan di Kaltim masih menjadi pekerjaan rumah besar. Berbagai langkah sedang disusun untuk mengatasi permasalahan ini, mulai dari peningkatan kualitas pelayanan kesehatan hingga pemerataan fasilitas di daerah terpencil.
“Upaya kolaboratif antara masyarakat dan pemerintah menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan. Dengan demikian, angka kematian yang disebabkan oleh infeksi atau komplikasi lainnya bisa terus ditekan,” ujarnya.
Dengan program-program yang dicanangkan ini, diharapkan angka kematian bayi dan ibu melahirkan di Kaltim dapat terus berkurang. Lingkungan yang sehat bukan hanya memberikan manfaat bagi anak-anak, tetapi juga mendorong peningkatan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. (Adv/Oen/M Jay)