Mediaborneo.net, Samarinda – Bencana longsor yang menimpa kawasan pemukiman di Desa Batuah, Kutai Kartanegara mengundang perhatian berbagai pihak, termasuk lembaga riset dan pemerintah daerah.
Berdasarkan hasil analisis sementara dari Universitas Mulawarman dan Dinas ESDM Kaltim, penyebab longsor lebih mengarah pada kondisi geologi kawasan tersebut dibanding aktivitas tambang.
“Unmul sudah menyampaikan kajian mereka, dan tidak ditemukan bukti kuat bahwa longsor terjadi karena aktivitas tambang. Secara geoteknik, kondisi tanah di sana memang sangat rentan. Lokasinya berada di lembah dan berada di formasi jampung baru, yang tanahnya longgar dan tidak padat,” ujar Kepala ESDM Kaltim, Bambang Arwanto, saat ditemui usai mendampingi Wakil Gubernur Kaltim menemui peserta aksi damai mahasiswa belum lama ini.
Menurut Bambang, struktur tanah yang tidak stabil membuat wilayah tersebut sangat rentan ketika hujan deras turun.
“Air hujan yang terus-menerus bisa memicu jenuh air dan menyebabkan pergeseran tanah. Ditambah posisi geografisnya yang berada di lembah, jadi sangat mungkin terjadi longsor alami,” katanya.
Bambang juga menjelaskan bahwa tim geologis dari ESDM dan penyidik bumi telah melakukan analisis stratigrafi dan menemukan bahwa lapisan tanah di daerah tersebut menunjukkan tanda-tanda klasik tanah rawan longsor, termasuk rekahan-rekahan kecil dan struktur yang mudah bergeser.
Meski belum ditemukan pelanggaran dari aktivitas tambang terdekat, Bambang menyatakan bahwa investigasi lapangan tetap dilakukan untuk mengecek kemungkinan adanya bukaan tambang liar atau struktur penampungan air yang bisa memperburuk situasi.
“Ada bukaan air di bawah, tapi elevasinya jauh lebih rendah dari titik longsor. Jadi, kecil kemungkinan jadi penyebab. Tapi kita pastikan semua dicek,” katanya.
Dia menekankan pentingnya sinergi semua pihak.
“Ini bukan soal menyalahkan, tapi mencari solusi. Kita ingin warga tetap aman, dan perusahaan menunjukkan empati sosial, walaupun tidak bersalah langsung,” pungkasnya. (Koko/ADV/Diskominfo Kaltim)