MEDIABORNEO.NET, SAMARINDA – Penurunan angka stunting di Kota Samarinda menjadi fokus utama pemerintah, terutama dalam mendukung pencapaian visi Indonesia Emas 2045.
Stunting terjadi akibat kekurangan gizi selama 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak, yang berdampak serius pada pertumbuhan fisik dan kognitif mereka.
Staf Ahli Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Sekretariat Pemerintah Kota Samarinda, Isfihani, menegaskan, bahwa penanganan stunting harus diprioritaskan agar generasi masa depan Indonesia dapat berkembang optimal.
Pada tahun 2024, pemerintah menargetkan penurunan angka stunting secara nasional menjadi 14 persen. Namun, Kota Samarinda menetapkan target yang lebih ambisius, yaitu menurunkan angka stunting hingga 11,96 persen.
Meskipun demikian, tantangan besar masih membayangi kota ini. Pada tahun 2023, prevalensi stunting di Samarinda masih tercatat sebesar 24,4 persen.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Samarinda pada Juni 2024, terdapat 4.177 anak yang mengalami stunting, menunjukkan pentingnya langkah-langkah strategis untuk mencapai target.
Isfihani meminta kepada Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Samarinda untuk lebih agresif dalam mengimplementasikan program yang inovatif dan efektif.
“Langkah-langkah cepat dan terkoordinasi sangat dibutuhkan. Stunting ini bukan hanya masalah kesehatan, tapi juga persoalan masa depan bangsa. Jika kita tidak bisa menurunkan angka stunting ini, visi Indonesia Emas 2045 bisa terancam,” tegasnya.
Penanganan stunting yang tepat tidak hanya memperbaiki masa depan individu, tetapi juga berdampak langsung pada produktivitas sumber daya manusia dan perekonomian bangsa. Anak-anak yang mengalami stunting berisiko menghadapi hambatan dalam mengembangkan potensi kognitif dan fisik mereka, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada produktivitas mereka di masa depan.
Untuk menanggulangi masalah ini, kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan. Pemerintah Kota Samarinda bersama TPPS menggencarkan berbagai program strategis seperti peningkatan akses gizi yang lebih baik, kampanye edukasi bagi ibu hamil, serta pemantauan tumbuh kembang anak secara rutin. Inisiatif-inisiatif ini sangat penting dalam menurunkan angka stunting secara signifikan.
Selain itu, peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi yang baik sejak dini, terutama bagi ibu hamil dan anak-anak, harus terus disosialisasikan.
“Kita harus bekerja keras dan berinovasi. Target kita 11,96 persen, dan kami yakin dengan sinergi yang kuat, hal ini bisa tercapai,” tutupnya.
Penanganan stunting di Samarinda bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi seluruh elemen masyarakat harus terlibat aktif. Kolaborasi yang solid diharapkan mampu membawa Samarinda menjadi contoh sukses dalam upaya penurunan Stunting, sekaligus memastikan visi Indonesia Emas 2045 tetap berada di jalur yang tepat. (Koko/M Jay)