MEDIABORNEO.NET, SAMARINDA – Sanitasi dan air bersih menjadi fokus utama Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kalimantan Timur (Kaltim).
Kepala Dinas PUPR Kaltim, Fitra Firnanda, mengatakan, pihaknya terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya sanitasi, terutama di wilayah pedesaan, demi mengurangi kebiasaan buang air besar sembarangan.
“Sanitasi dan air bersih sebagian besar menjadi kewenangan kabupaten/kota. Namun, kami di tingkat provinsi memiliki peran regional, mencakup pengelolaan yang melibatkan beberapa kabupaten/kota,” ujarnya.
Dia menyebut, saat ini, proyek-proyek regional yang dikelola PUPR Kaltim mencakup pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Indominco, SPAM Marangkayu, serta pengelolaan sanitasi di wilayah Loa Janan dan Bontang-Kutim. Meskipun demikian, permasalahan utama sanitasi masih berada di tingkat lokal, khususnya di pedesaan.
PUPR Kaltim terus melakukan pembinaan dan bimbingan teknis (bimtek) kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mempercepat pelaksanaan sanitasi yang efektif.
Fitra menegaskan, bahwa kolaborasi menjadi kunci utama dalam menyelesaikan permasalahan ini.
“Permasalahan buang air besar sembarangan ini lebih banyak terjadi di pedesaan. Kesadaran masyarakat desa masih belum optimal, sehingga diperlukan pendekatan berkelanjutan dan kolaborasi dengan berbagai pihak,” katanya.
Setiap tahun, PUPR Kaltim mengadakan program pembinaan dan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan pemahaman akan pentingnya sanitasi. Meski demikian, upaya untuk merubah kebiasaan buang air sembarangan membutuhkan waktu dan keseriusan bersama.
Fitra juga mengungkapkan, membangun sistem sanitasi berbasis regional masih menghadapi tantangan besar.
“Regionalisasi untuk sanitasi itu kurang efektif dan efisien, mengingat masalah ini sangat bergantung pada pendekatan lokal yang melibatkan pemerintah kabupaten/kota,” jelasnya.
Menurut Fitra, fokus pembinaan sanitasi di pedesaan menjadi langkah strategis karena kebiasaan buruk masyarakat, seperti buang air di pinggir sungai, masih sering dijumpai.
“Kesadaran masyarakat untuk tidak buang air sembarangan harus terus ditingkatkan. Kebiasaan ini tidak hanya berdampak buruk pada kesehatan tetapi juga lingkungan,” tegasnya.
Dengan langkah kolaboratif antara provinsi dan kabupaten/kota, diharapkan masyarakat Kaltim, khususnya di pedesaan, dapat memahami pentingnya sanitasi dan mengubah kebiasaan menjadi lebih sehat.
“Sanitasi bukan hanya tentang infrastruktur, tetapi juga perubahan perilaku masyarakat. Kami optimis melalui pembinaan berkelanjutan, kita bisa mencapai target ini,” tandasnya. (Adv/Oen/M Jay)