Mediaborneo.net, Samarinda – Isu keterisolasian dan ketergantungan masyarakat Mahakam Ulu (Mahulu) pada pasokan kebutuhan dari luar negeri kini mencuat ke permukaan.
Anggota Komisi III DPRD Kaltim, Subandi, mengungkapkan bahwa banyak warga Mahulu lebih memilih berbelanja ke Malaysia karena lebih dekat dan tersedia kebutuhan pokok, meski dengan harga tinggi.
“Kondisinya sangat memprihatinkan. Mereka hanya perlu menunjukkan KTP Indonesia untuk belanja di sana. Tapi ini bukti bahwa negara belum sepenuhnya hadir di Mahulu,” ungkap Subandi, Rabu (28/5/2025).
Mahulu adalah salah satu daerah terluar Kalimantan Timur yang berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia. Akses yang sulit dan keterbatasan infrastruktur membuat wilayah ini belum bisa mandiri secara ekonomi. Ketergantungan terhadap produk luar negeri mencerminkan lemahnya distribusi dan logistik dari dalam negeri.
“Ini bukan hanya soal logistik, tapi juga kedaulatan. Kalau dibiarkan, warga bisa lebih merasa bagian dari negara tetangga daripada Indonesia. Ini harus diwaspadai,” tegasnya.
Menurut Subandi, pembangunan infrastruktur jalan dan transportasi menjadi kunci utama. Tanpa akses memadai, semua program lain seperti pendidikan, kesehatan, hingga perekonomian tidak akan berjalan.
Dia menyampaikan harapannya agar dalam perencanaan anggaran tahun 2026, Pemprov Kaltim benar-benar memberikan perhatian lebih ke Mahulu.
“Jangan sampai hanya karena lokasinya jauh, Mahulu jadi dilupakan. Kita akan terus mendorong supaya tidak ada daerah tertinggal di Kaltim,” ujarnya.
Subandi juga berharap ada sinergi antara pemerintah pusat dan provinsi agar Mahulu bisa lebih cepat berkembang.
“Kalau ini tidak segera ditangani, bukan hanya Mahulu yang dirugikan, tetapi juga nama baik negara kita di mata rakyatnya sendiri,” tutupnya. (Koko/ADV/DPRD Kaltim)