Mediaborneo.net, Samarinda – Kasus kekerasan terhadap anak di Kalimantan Timur (Kaltim) terus menjadi perhatian serius. Hingga Juli 2025, lebih dari 400 anak menjadi korban kekerasan, baik di lingkungan keluarga maupun di luar rumah. Fakta ini menunjukkan bahwa ancaman terhadap keselamatan dan masa depan anak-anak masih tinggi.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Sri Puji Astuti, menegaskan bahwa permasalahan kekerasan anak tidak bisa dipandang sebelah mata dan harus menjadi tanggung jawab bersama.
“Sangat miris jika per Juli ini sudah ada lebih dari 400 anak yang mengalami kekerasan. Kita harus mencari akar masalahnya. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga keluarga dan masyarakat,” ujarnya, Senin (29/09/2025).
Menurut Sri Puji, keretakan dalam keluarga sering menjadi pemicu utama terjadinya kekerasan terhadap anak. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya sinergi antara keluarga, sekolah, dan pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang aman dan ramah bagi anak-anak.
Selain itu, kasus perundungan (bullying) di sekolah juga menjadi perhatian serius. Tindakan ini bukan hanya melukai secara fisik, tetapi juga meninggalkan dampak psikologis jangka panjang bagi korban.
“Pendidikan karakter tidak boleh diabaikan. Sejak PAUD, TK, hingga SD, anak-anak perlu dibekali nilai moral dan empati. Keluarga adalah madrasah pertama bagi pembentukan karakter,” katanya.
Sri Puji menegaskan bahwa pendidikan karakter dan parenting positif merupakan kunci utama dalam mencegah kekerasan anak. Ia mendorong orang tua untuk terus belajar memahami pola asuh yang sehat agar anak dapat tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan bebas dari kekerasan.
“Jika orang tua belum siap secara mental dan pengetahuan tentang parenting, risiko kekerasan akan semakin besar. Karena itu, edukasi keluarga sangat penting,” tegasnya.
Menurutnya, perlindungan anak di Kaltim tidak cukup hanya mengandalkan regulasi pemerintah. Diperlukan kesadaran kolektif seluruh lapisan masyarakat untuk melindungi generasi muda dari berbagai bentuk kekerasan dan pelecehan.
Kasus kekerasan anak di Samarinda menjadi pengingat bahwa masa depan bangsa tergantung pada bagaimana kita memperlakukan anak-anak hari ini. Melalui pendidikan karakter sejak dini, Sri Puji berharap anak-anak Kaltim tumbuh menjadi generasi berakhlak mulia, beretika, dan mampu menghadapi tantangan masa depan tanpa trauma kekerasan. (Koko/ADV/DPRD Samarinda)
