Mediaborneo.net, Samarinda – Penutupan Big Mall Samarinda pasca insiden kebakaran memicu gejolak ekonomi yang terasa hingga ke sektor perdagangan dan jasa. Pusat perbelanjaan modern yang selama ini menjadi magnet ekonomi di kota Samarinda itu kini tidak beroperasi, membuat ribuan pengunjung harian harus beralih ke mall-mall lain seperti SCP dan Lembuswana.
Anggota Komisi II DPRD Kaltim, Sigit Wibowo, mengatakan bahwa penutupan Big Mall bukan hanya mengganggu aktivitas konsumen, tetapi juga berdampak pada pendapatan tenant, pekerja retail, hingga pelaku UMKM yang membuka usaha di sekitar area tersebut.
“Big Mall ini segmennya menengah ke atas. Kalau kita lihat, masyarakat Samarinda dan daerah sekitarnya banyak berbelanja di sana. Dampaknya jelas besar,” ujarnya belum lama ini.
Menurutnya, meskipun mall lain mengalami peningkatan pengunjung, kondisi ini tidak serta-merta mengkompensasi kehilangan ekonomi yang dihasilkan Big Mall. Justru ini menandakan ketergantungan masyarakat terhadap satu titik ekonomi yang besar, yang seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah.
“Ada peluang untuk mall lain, tapi itu hanya pergeseran sementara. Ekosistem ekonomi tetap terganggu,” kata Sigit.
Pemerintah Kota dan Provinsi didesak untuk segera mengambil langkah konkret, tidak hanya dalam perbaikan fisik bangunan, tetapi juga untuk menghidupkan kembali ekosistem ekonomi pasca musibah. Evaluasi bangunan dan pengawasan perizinan menjadi poin penting agar insiden serupa tidak terulang. (ADV/DPRD Kaltim)