Mediaborneo.net, Samarinda – Antusiasme warga Samarinda memuncak dalam pelaksanaan Gerakan Pangan Murah (GPM) yang digelar Pemerintah Kota Samarinda melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), Rabu (5/11/2025).
Dalam waktu singkat, stok beras, minyak goreng, dan gula pasir langsung habis diserbu pembeli di Lapangan Bola Perumahan Griya Mukti, Jalan PM Noor, Gunung Lingai.
Sejak pagi buta, antrean panjang sudah terbentuk. Warga datang dengan tas besar dan semangat tinggi, berharap bisa memperoleh harga sembako murah untuk memenuhi kebutuhan dapur beberapa minggu ke depan. Suasana lapangan pun berubah layaknya pasar rakyat dadakan yang penuh kehangatan dan semangat gotong royong.
“Mulai November ini, Gerakan Pangan Murah Samarinda akan digelar di 12 titik berbeda. Harapannya bisa menekan laju inflasi daerah, menjaga stabilitas harga, sekaligus membantu masyarakat menghadapi tekanan biaya hidup,” ujar Sekretaris DKPP Samarinda, Dwi Rahmi Adiaty, mewakili Kepala DKPP, Muhammad Darham, yang turut hadir meninjau langsung kegiatan tersebut.
Kegiatan GPM kali ini menghadirkan 78 tenant penyedia bahan pangan pokok dan produk lokal. Tidak hanya beras, tepung, ayam, dan daging segar, tetapi juga berbagai produk UMKM Samarinda seperti camilan khas, bumbu siap saji, dan makanan olahan yang diminati pengunjung.
Lebih dari sekadar transaksi, Gerakan Pangan Murah menjadi upaya nyata Pemkot Samarinda untuk mengantisipasi lonjakan harga menjelang akhir tahun. Kehadiran para pelaku UMKM juga membuka ruang ekonomi baru, membantu perputaran uang di tingkat lokal, dan memperkuat daya beli masyarakat.
Usai sukses di Griya Mukti, rangkaian GPM Samarinda berikutnya dijadwalkan digelar di Kelurahan Mugirejo, menyasar kawasan permukiman padat penduduk agar lebih banyak warga mendapat manfaat langsung dari program sembako murah ini.
Dengan semangat kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, DKPP Samarinda optimistis program Gerakan Pangan Murah 2025 akan menjadi solusi nyata menjaga ketahanan pangan sekaligus menekan gejolak harga di pasar tradisional. (Koko/M Jay)
