DPRD Samarinda Desak Pemerintah Fokus pada Gizi Bayi dan Balita

Anggota Komisi II DRPD Samarinda, Sani Bin Husain (Ft: Mela)

Mediaborneo.net, Samarinda –   Isu rendahnya kualitas hidup masyarakat Samarinda kembali disorot Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Anggota Komisi II DPRD Kota Samarinda, Sani Bin Husain, menilai keberhasilan pembangunan seharusnya diukur dari kemampuan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan dasar rakyat, bukan hanya dari besarnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Dalam pernyataannya, ia menyebut kenyataan di lapangan masih menunjukkan banyak warga yang kesulitan memperoleh pekerjaan, sementara angka stunting belum juga mengalami penurunan signifikan. Kondisi ini menunjukkan adanya ketimpangan antara besarnya anggaran dengan dampak nyata yang dirasakan masyarakat.

“Untuk apa APBD tinggi kalau faktanya masih banyak bayi lahir dengan kondisi kekurangan gizi?,” Ujar Sani, Jum’at (22/8/2025).

Politisi PKS tersebut menekankan bahwa stunting merupakan masalah serius karena bukan hanya menyangkut kondisi fisik anak, tetapi juga berhubungan erat dengan kualitas generasi di masa depan. Gizi yang buruk sejak usia dini dapat berdampak panjang terhadap tumbuh kembang anak hingga dewasa.

Sani menilai, akar permasalahan stunting sebenarnya terletak pada asupan gizi sejak bayi hingga balita. Karena itu, ia mengkritisi kebijakan pemerintah yang baru fokus pada program untuk anak usia sekolah.

“Stunting ini masalah serius, bukan hanya soal tinggi badan, tapi menyangkut masa depan generasi muda. Kalau sejak kecil gizinya buruk, tumbuh kembangnya pasti terganggu sampai dewasa. Masalahnya, stunting itu terkait gizi dari bayi sampai balita. Kalau program pemerintah baru dimulai di usia sekolah, jelas tidak akan menyentuh akar masalah,” jelasnya.

Sebagai solusi, ia mengusulkan pendekatan yang lebih langsung dan praktis dengan memberikan bantuan tunai kepada orang tua. Menurutnya, kebijakan ini akan lebih tepat sasaran dan berdampak nyata bagi kebutuhan gizi anak.

“Kalau orang tua diberi uang tunai misalnya Rp15 ribu per anak per hari, mereka bisa masak makanan bergizi dari rumah untuk bekal anak-anak. Itu lebih efektif,” tutupnya. (Mela/Adv/DPRD Samarinda)

Share
Exit mobile version