MEDIABORNEO.NET, SAMARINDA – Upaya menurunkan angka stunting di Kota Samarinda menghadapi tantangan serius. Salah satunya adalah rendahnya tingkat kunjungan orang tua ke posyandu, yang justru menjadi garda terdepan dalam pemantauan tumbuh kembang anak.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Sri Puji Astuti, menyoroti langsung persoalan ini.
Berdasarkan evaluasi terakhir, kunjungan masyarakat ke posyandu pada intervensi bulan Juli 2025 hanya mencapai 61 persen. Padahal, standar idealnya di atas 90 persen, bahkan ditargetkan mendekati 98 persen.
“Kalau orang tua tidak membawa anaknya ke posyandu, bagaimana kita bisa tahu kondisi gizi dan pertumbuhan mereka? Dari situlah kita mendapatkan data valid untuk mendeteksi stunting,” ujarnya.
Minimnya kunjungan ke posyandu bukan sekadar angka. Ini berdampak langsung pada ketepatan data stunting yang dimiliki pemerintah. Tanpa data akurat, program penanganan rawan salah sasaran. Anak-anak yang membutuhkan bantuan bisa terlewat, dan masalah gizi buruk terus membayangi.
Padahal, posyandu punya peran krusial. Di sinilah anak-anak balita dan batita diperiksa secara rutin, ditimbang, dan dipantau perkembangan fisiknya. Posyandu juga menjadi tempat edukasi orang tua soal gizi seimbang, pola asuh sehat, dan pencegahan stunting sejak dini.
Sri Puji mengajak seluruh pihak mulai dari pemerintah daerah, DPRD, sektor swasta, hingga tokoh masyarakat untuk aktif menggerakkan masyarakat. Menurutnya, pendekatan langsung dari lingkungan sekitar terbukti lebih efektif dalam membangun kesadaran kolektif.
“DPRD siap turun langsung. Ini bukan hanya soal mengawasi, tapi juga soal membina dan mendampingi warga. Kesehatan anak-anak adalah masa depan kota ini,” tegasnya. (ADV/DPRD Samarinda)