Waspada DBD, Sani Bin Husain : Fogging dan Abate Hanya Alternatif

MEDIABORNEO.NET, SAMARINDA – Sejak awal Januari 2023 ini, Samarinda rutin diguyur hujan. Masyarakat pun diimbau lebih waspada terhadap serangan nyamuk aedes aegypti yang menyebabkan demam berdarah atau yang lebih dikenal dengan DBD.

Namun sebenarnya, penularan penyakit demam berdarah ini terjadi setiap tahun dan dapat membawa dampak yang fatal bagi nyawa manusia jika terlambat untuk ditangani. Biasanya penyakit ini banyak dialami anak-anak.

Bahkan, Kota Samarinda sendiri saat ini masih menjadi zona merah DBD.

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda Sani Bin Husain mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Samarinda terkait penyakit DBD tersebut guna meminta upaya-upaya penekanan kasus di lingkungan masyarakat.

“Kita sudah komunikasi dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan soal ini. Kita menekankan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda, yang dalam hal ini adalah Dinkes untuk terus melakukan upaya menekan kasus. Karena DBD ini penyakit yang biasanya terjadi ketika musim hujan datang, ” ujarnya.

Dikatakannya, Dinas Kesehatan sendiri telah berjanji akan mengendalikan kasus DBD di Samarinda.

“Mereka sudah berupaya dan berjanji untuk mengendalikan ini, dengan melakukan fogging dan monitoring di lingkungan masyarakat, ” katanya.

Sani meminta kepada Pemkot Samarinda bersama dengan OPD terkaitnya untuk serius menangani dan melakukan pencegahan penyakit DBD di masyarakat.

“Saya berharap pemerintah melakukan tiga hal. Pertama, monitoring faksesnya, apakah ada atau tidak warganya yang terkena DBD dan jumlahnya berapa?, ” sebutnya.

“Kedua, monitoring lingkungan tempat tinggal, termasuk penampungan air, sampah dan sebagainya, ” katanya lagi.

“Ketiga, monitoring lokasi rawan. Misalnya, apakah dekat sungai dan sebagainya. Ini juga diperlukan koordinasi dengan lurah, ” imbuh Sani.

Disinggung mengenai pemberian bubuk abate, Sani menilai hal itu tidak terlalu efektif. Termasuk dengan fogging.

“Abate dan fogging kurang efektif, itu hanya alternatif. Yang penting adalah edukasi, karena untuk apa fogging kalau warga masih buang sampah di sembarang tempat. Jadi, kalau masyarakat tahu, maka yang terpenting adalah edukasi, ” tandasnya. (Adv/Koko)

Share
Exit mobile version