MEDIABORNEO.NET, SAMARINDA – Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi bagi perpustakaan di satu sisi menimbulkan kekhawatiran untuk eksistensi perpustakaan itu sendiri, karena masyarakat menjadi lebih mudah memperoleh informasi tanpa perlu pergi ke perpustakaan. Sementara di sisi lain menjadikan perpustakaan tetap eksis di tengah gempuran informasi multimedia yang melanda masyarakat.
Untuk itu, perpustakaan dan Pustakawan yan terlibat di dalamnya didorong untuk melakukan pembenahan agar dapat mengikuti dan mengimbangi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dipursip) Kota Samarinda Erham Yusuf mengatakan, perpustakaan yang dimpimpinnya telah memiliki layanan perpustakaan digital.
Namun diakuinya, perpustakaan digital ini masih belum terlalu diminati oleh pengunjung, karena masih kurangnya sosialisasi. Tetapi untuk layanan perpustakaan konvensional masih menjadi yang paling diminati pengunjung Dipursip Samarinda.
“Kita juga ada di Samarinda perpustakaan digitalnya Pemkot Samarinda. Tapi memanng tidak terlalu banyak pengunjungnya, karena beberapa kendala, salah satunya kurang disosialisasikan,” katanya pada Mediaborneo.net baru-baru ini.
Menurutnya, untuk informasi digital ini, masyarakat masih merujuk pada aplikasi pencarian terkenal.
“Menurut saya google itu sebesar-besarnya perpustakaan digital. Sedang kalau perpustakaan itu identik dengan kegiatan mencari informasi, identik dengan mencari pengetahuan,” sebutnya.
Untuk lebih memberikan ciri khas sendiri, Erham Yusuf menyebut, untuk layanan perpustakaan digital Dipursip Samarinda nantinya akan dibuat lebih beda dan lebih mengangkat kekhasan lokal sejarah.
“Kita mau ke depannya di Samarinda ini beda dengan google. Salah satunya koleksinya berhububgan dengan literasi produk pemerintah daerah bermuatan lokal. Nanti kita dorong OPD mengakses di sini, misalnya masyarakat mencari Perda, itu bisa. Tapi tentunya itu semua butuh proses,” tutupnya. (Adv DPK Kaltim/Koko/M Jay)