Krisis Dokter Spesialis di Mahulu Ancam Kualitas Layanan Kesehatan

Krisis Dokter Spesialis di Mahulu Ancam Kualitas Layanan Kesehatan
(ft: istimewa)

MEDIABORNEO.NET, MAHULU –
Kekurangan tenaga dokter spesialis di sejumlah fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Kalimantan Timur, menjadi masalah serius yang menghambat pelayanan kesehatan. Hingga saat ini, keterbatasan tersebut membuat banyak pasien harus dirujuk ke rumah sakit di daerah lain yang memiliki dokter spesialis dan fasilitas yang memadai.

Kepala Dinas Kesehatan Mahulu, Petronela Tugan, mengungkapkan, kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia ini masih kekurangan beberapa dokter spesialis, seperti dokter spesialis anak, kebidanan, dan bedah.

“Kita di Mahulu memang masih sangat kurang tenaga dokter spesialis. Beberapa pelayanan spesialistik yang dibutuhkan seperti spesialis anak, kebidanan, dan bedah belum tersedia di sini,” ujarnya.

Dokter spesialis yang ada di Mahulu, terutama untuk penyakit dalam, merupakan tenaga medis yang dikirim oleh Kementerian Kesehatan melalui Program Pendayagunaan Dokter Spesialis (PGDS).

Namun, keberadaan dokter ini bersifat sementara, dengan kontrak kerja hanya satu tahun. Jika setelah satu tahun tidak ada dokter lain yang bersedia mengambil formasi di Mahulu, maka rumah sakit setempat akan kembali kekurangan dokter spesialis.

“PGDS adalah dokter yang dikirim dari kementerian kesehatan. Jika tidak ada yang berminat mengambil formasi di Mahulu setelah masa kontrak habis, maka tidak ada lagi dokter spesialisnya,” ujarnya.

Menurut Petronela Tugan, saat ini ada satu dokter spesialis penyakit dalam yang baru bertugas dua bulan dan masa kontraknya akan berakhir 10 bulan lagi. Sedangkan, satu-satunya dokter spesialis kebidanan akan habis masa kontraknya pada bulan September ini.

“Jadi, kita akan tetap merujuk pasien ke daerah lain jika kondisi ini tidak berubah,” jelasnya.

Salah satu kebutuhan mendesak lainnya adalah dokter spesialis anestesi. Keahlian dokter anestesi sangat diperlukan untuk menangani pembiusan bagi pasien yang akan menjalani operasi, terutama di ruang ICU, IGD, dan rawat inap pasien yang memerlukan perawatan intensif.

“Di Mahulu, kita belum memiliki dokter spesialis anestesi. Beberapa rumah sakit di daerah lain juga mengalami kesulitan mendapatkan dokter ini,” ungkapnya.

Krisis ini mengindikasikan perlunya perhatian lebih dari pemerintah pusat dalam distribusi tenaga medis, terutama di daerah-daerah terpencil seperti Mahulu.

Tanpa kehadiran dokter spesialis, masyarakat di kabupaten tersebut akan terus bergantung pada layanan rujukan yang dapat memakan waktu dan biaya lebih besar, sekaligus menurunkan kualitas layanan kesehatan yang seharusnya dapat diakses secara merata. (Wan/Koko/M Jay)

Share