MEDIABORNEO.NET, SAMARINDA – Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Sri Puji Astuti menanggapi sejumlah persoalan yang terjadi di dunia pendidikan. Mulai dari kurangnya tenaga guru di tingkat sekolah SD hingga SMP, masih ada sekolah yang belum memiliki fasilitas dan prasarana memadai, anak putus sekolah hingga maraknya kasus bullying yang saat ini terjadi.
“Jika berbicara permasalahan pendidikan kita ini mencakup tiga hal. Yaitu siswanya, infrastrukturnya dan sumber daya manusia (SDM) atau yang mengajar. Sekarang masalah kita ditambah juga dengan dunia usaha,” sebutnya.
Dikatakannya, untuk mengatasi persoalan tersebut diperlukan sinergitas seluruh pemangku kepentingan dan seluruh pihak. Karena lanjut Puji, persoalan dunia pendidikan tidak hanya bisa diatasi oleh Dinas Pendidikan saja.
“Harus ada perhatian dan dukungan yang besar dari seluruh pihak untuk mengatasi persoalan pendidikan di Samarinda ini,” katanya.
Persoalan lain yang juga harus menjadi perhatian, lanjut dia, adalah penetapan sekolah inklusi oleh pemerintah. Diakuinya, di Kota Samarinda sendiri masih banyak kendala minimnya tenaga guru, sehingga untuk menerapkan sekolah inklusi memerlukan waktu yang tidak sebentar. Hal ini terjadi karena bukan hanya karena tenaga guru untuk anak-anak berkebutuhan khusus masih terbatas, tetapi juga sarana dan prasarana belum mendukung.
“Ini sudah kami rapatkan juga dengan Dinas Pendidikan Kota Samarinda, katanya akan ada pelatihan khusus,” katanya.
Dengan banyaknya masalah pendidikan, Puji menyebut, akan berdampak pada turunnya penilaian Kota Samarinda sebagai Kota Layak Anak. Sehingga dia mendorong Pemkot Samarinda untuk lebih memiliki perhatian besar untuk dapat bekerjasama dengan banyak pihak mengatasi masalah-masalah tersebut.
“Harapannya, tidak hanya melakukan pelatihan untuk guru inklusi tetapi tenaga pendidik ini bisa menerima insentif lebih lantaran mengajar diluar bidangnya,” pungkasnya. (Koko/M. Jay/Adv/DPRD Samarinda)
