Banjir Samarinda, Angkasa Jaya : Karena Masih Ada Tambang dan Pembukaan Lahan

MEDIABORNEO.NET, SAMARINDA – Hujan yang mengguyur Kota Samarinda pada Selasa sore kemarin menyebabkan sebagian wilayah “lumpuh” karena tergenang banjir.

Kemacetan lalulintas terjadi dimana-mana hingga malam hari dan aktivitas warga menjadi terganggu.

Berdasarkan data dari BPBD Kota Samarinda mencatat, hujan yang terjadi sejak pukul 15.30 hingga 16.40 Wita, Selasa kemarin menyebabkan 18 titik utama di Kota Samarinda tergenang banjir dengan ketinggian air bervariasi, mulai dari 10 hingga 60 centimeter.

Ketua Komisi III DPRD Kota Samarinda Angkasa Jaya Djoerani angkat suara terkait persoalan banjir yang terus terjadi di Kota Samarinda. Dimana, kondisi ini semakin sering terjadi, bahkan hanya dengan hujan ringan saja dalam beberapa jam membuat beberapa wilayah tergenang banjir.

Menurut dia, persoalan banjir Samarinda adalah masalah klasik yang terus mengusik kenyamanan warga. Setiap tahunnya, justru terjadi penambahan titik-titik lokasi banjir baru, padahal setiap tahunnya DPRD Samarinda telah menggelontorkan anggaran yang tidak sedikit untuk penanganan banjir. Termasuk bantuan anggaran dari pemerintah provinsi Kaltim. Namun masalah banjir belum juga teratasi.

Angkasa menyebut, diantara alasan utama yang menyebabkan banjir adalah masih adanya aktivitas pertambangan.

“Walaupun dikeluarkan rencana anggaran untuk mengatasi banjir, tapi masalahnya masih ada tambang, masih ada pembukaan lahan yang sewenang-wenang. Nah kalau dari hulunya tidak selesai, bagaimana mau teratasi. Itu faktor utamanya. Kita orang Samarinda ini sebelum ada tambang, tidak ada banjir separah ini, ” katanya.

Dia mengungkap, dari banyaknya informasi yang diterima DPRD Samarinda, khsususnya wilayah Samarinda Utara masuk sebagai wilayah terendah dari Sungai Mahakam. Sehingga kata dia, banjir yang terjadi di wilayah tersebut sangat dalam dan penanganannya harus dengan kajian-kajian mendalam.

“Dari informasi yang saya dapat dari Badan Wilayah Sungai, seperti di Jalan Panjaitan itu 7 meter lebih rendah dari Sungai Mahakam. Jadi, walaupun dibangun gorong-gorong sebesar apapun tetap tidak akan bisa mengalir. Mau tidak mau, kita harus bangun folder yang benar-benar folder. Bukan seperti yang di Air Hitam. Karena folder kalau tidak ada hujan harusnya kering, ” tandasnya. (Adv/Koko/M Jay)

Share