MEDIABORNEO.NET, SAMARINDA – lebih dari 13 tahun event bergengsi Pekan Olahraga Nasional (PON) dilaksanakan di Stadion Madya Palaran, Kaltim. Namun pasca event tersebut digelar, kondisi stadion kian memprihatinkan dan terkesan terbengkalai.
Padahal, stadion ini disebut-sebut menyaingi kemegahan Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta. Seluruh fasilitas olahraga lengkap tersedia di stadion yang pernah menjadi kebanggaan masyarakat Kaltim ini, namun kini nyaris tidak pernah tersentuh aktivitas.
Anggaran yang digunakan untuk membangun stadion ini pun tidak sedikit, miliaran hingga triliunan anggaran provinsi Kaltim sengaja dikucurkan demi memiliki stadion ini.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kaltim Agus Tianur membantah jika Stadion Madya Palaran disebut terbengkalai. Menurut dia, dengan kondisi stadion saat ini dinilai masih layak untuk digunakan perhelatan event-event besar. Namun memang diakuinya, jauhnya jarak dan sulitnya akses menjadi kendala.
Dia mencontohnya, seperti event Pra Pekan Olahraga Nasional (POPNAS) zona IV yang dilaksanakan di Kaltim, sengaja memilih GOR Kadrie Oening Sempaja Samarinda untuk pelaksanaannya, karena aksesnya yang mudah dijangkau.
“Sebenarnya bukan terbengkalai. Itu masih sangat layak digunakan, cuma lokasinya yang sangat jauh di sana. Contoh event Pra POPNAS kali ini di sini saja bisa (Gelora Kadrie Oening Sempaja Samarinda, red), ” ujarnya pada Mediaborneo.net.
Terkait dengan pemeliharaan gedung dan venue yang ada di dalam kompleks Stadion Madya Palaran, Agus Tianur mengatakan, memang perlu dilakukan beberapa perbaikan-perbaikan. Tapi tentunya perlu anggaran yang tidak sedikit untuk melakukan hal itu.
Selain itu, kata dia, beberapa tahun lalu sempat bergulir wacana untuk menjadikan kompleks Stadion Madya Palaran sebagai pusat bisnis, namun lagi-lagi persoalan lokasi dan sulitnya akses menyebabkan wacana tersebut tidak bisa diwujudkan.
“Rehab atau renovasi perbaikan memang perlu, karena memang sudah cukup lama, ” katanya.
“Sudah lama dulu wacana mau dibuat lahan bisnis agar dapat mengisi pemasukan kas daerah dari PAD, cuma itu dia masalahnya, lokasinya terlalu jauh ke dalam, ” sambung Agus Tianur.
Dirinya berharap, suatu hari nanti Palaran menjadi daerah yang berkembang, sehingga lambat laun Stadion Madya Palaran pasti akan diperlukan.
“Mudahan nanti ke depan perkembangan dengan pertambahan penduduk dan segala macam membuat daerah itu berkembang sendiri,” tutupnya. (Adv/Koko/Oen)