Jawab Tantangan Ekonomi Kaltim Mendatang, Ini Upaya yang Dilakukan BI Kaltim

MEDIABORNEO.NET, SAMARINDA – Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Hendik Sudaryanto menyampaikan, secara keseluruhan di tahun 2023, ekonomi Kaltim diperkirakan akan tumbuh positif dan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya pada range 5,8 persen sampai 6,6 persen years on years.

Sejalan dengan optimisme ini, Bank Indonesia Kaltim memperkirakan inflasi Kaltim akan membaik dan berada pada range target sasaran 3±1 persen.

Dikatakan Hendik Sudaryanto, kendati ekonomi Kaltim telah mampu pulih dan mengalami peningkatan pada tahun ini, namun masih terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi secara bersama-sama dengan pihak-pihak terkait.

Hendik Sudaryanto merincikan, tantangan pertama adalah tingginya ketergantungan Kaltim terhadap sektor pertambangan. Kondisi ini mengarahkan perekonomian Kaltim menjadi sangat rentan terhadap dinamika global di tengah ketidakpastian.

Selain itu, lanjutnya, permintaan batu bara ke depan akan semakin melandai, seiring dengan adanya komitmen global dalam rangka shifting energy ke arah green economy.

Tantangan kedua, ketergantungan pemenuhan komoditas pangan dari daerah lain yang menyebabkan gejolak harga pangan.

“Dapat kita ketahui bersama, bahwa proses pemindahan Ibu Kota Nusantara turut memberikan resiko peningkatan inflasi. Mengingat adanya potensi penambahan jumlah penduduk yang akan berdampak pada ketercukupan pasokan pangan,” ujarnya pada pertemuan tahunan Bank Indonesia, Rabu (29/11/2023).

Dengan banyaknya tantangan tersebut kata Hendik Sudaryanto, Bank Indonesia Kaltim siap menghadapi dengan terus bersinergi memperkuat ketahanan dan kebangkitan ekonomi Kaltim.

Dia menyebut, upaya-upaya yang telah dilakukan BI Kaltim terhadap tantangan tersebut, yakni pada tantangan pertama, BI Kaltim melihat struktur ekonomi Kaltim yang sangat bergantung pada sumber daya alam bernilai tambah rendah.

“Kami melihat bahwa, salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menjawab tantangan ini adalah percepatan penambahan nilai tambah pada komunitas sumber daya alam mentah, atau kita kenal sebagai istilah hilirisasi, ” katanya.

“Kemudian untuk mengendorse eksistensi peluang ekonomi dan keuangan hijau dengan luasnya lahan hutan di Kaltim. Kami menyusun kajian potensi monetisasi penurunan emisi karbon sebagai advisory lanjutnya dari program FCPF-CF yang akan diseminasikan dalam bentuk seminar nasional pada Desember, ” sambungnya.

BI Kaltim, lanjut Hendik Sudaryanto, terus mendorong penciptaan proyek bernilai tambah tinggi melalui sinergi dengan Pemerintah Daerah dalam wadah Regional Investor Relation Unit (RIRU).

Salah satu puncak program RIRU tahun 2023 ini adalah Mahakam Investment Forum, sebagai wadah untuk mendorong proyek investasi ready to offer ke ajang promosi skala internasional.

“RIRU Kaltim telah berhasil membawa proyek investasi Kaltim ke kancah internasional, mulai dari Tiongkok, Jepang, Korea Selatan dan Inggris. Ini tidak lain berkat kolaborasi dan sinergi dengan Pemerintah Daerah yang berkesinambungan, seperti Sungai Mahakam yang membentang panjang dan luas di wilayah Kaltim, ” tutupnya.

Penulis : End
Editor : M Jay

Share