Banjir Semakin Parah, Anhar : Perlu Penanganan Komprehensif

MEDIABORNEO.NET, SAMARINDA – Anggota DPRD Kota Samarinda Anhar merespon positif niat dan upaya penanggulangan banjir yang dilakukan oleh pemerintahan Wali Kota Andi Harun.

Tetapi, dia juga meminta Wali Kota untuk bekerja dengan lebih komprehensif untuk mengatasi persoalan banjir tersebut, dengan melihat dari segala aspek.

“Kita harus jujur dan hargai niat beliau (Wali Kota Andi Harun, red) untuk mengatasi itu. Tapi saya sudah katakan, penanganan banjir yang menelan ratusan bahkan triliunan banjir ini tidak akan pernah tuntas selama kita tidak melihat secara komprehensif masalahnya,” ujarnya, saat ditemui di ruang kerjanya baru-baru ini.

Program penanggulangan banjir di Kota Samarinda, sebut Anhar, telah menelan biaya hingga triliunan rupiah. Namun justru, yang terjadi saat ini, banjir semakin parah.

Untuk itu, kata dia, diperlukan pengkajian yang lebih dalam untuk menentukan program yang tepat mengatasi banjir tersebut.

“Siapapun Wali Kota, dia harus berpikir komperhensif. Harus melihat aspek apa saja penyebab banjir. Sekarang setelah kita kucurkan anggaran itu untuk perbaikan, seperti drainase, normalisasi sungai, pelebaran parit dan sodetan. Tapi Samarinda ini wilayahnya berada di tengah-tengah, dikelilingi oleh daerah yang tinggi. Sehingga ketika sungai meluap atau hujan, terjadi sedimentasi, air pasang naik ke pemukiman. Itu yang terjadi sekarang,” terangnya.

Masih kata Politisi dari PDIP ini, penanggulangan masalah banjir harus diselesaikan, tidak hanya dari hulu saja, tetapi juga hilirnya. Mengingat, kondisi alam dan lingkungan di Kota Samarinda sudah banyak berubah. Diantaranya dengan banyaknya perusahaan tambang batubara yang melakukan pengerukan batubara dan “membasmi” hutan, yang menjadi resapan air. Sehingga diperlukan evaluasi secara keseluruhan dari penanganan banjir yang telah dilakukan sebelumnya.

“Semakin tahun semakin parah, karena di sektor hulunya, dari sisi sungai, sudah terjadi penggundulan hutan. Dari atas, seluruh gunung yang mengelilingi seluruh daratan juga sudah ditambang. Sehingga ketika hujan, air turun dan jadi penyebab banjir. Kita lihat dari udara, berapa persen lahan hutan sudah jadi gundul. Harus ada evaluasi. Jadi walaupun dibangun sodetan, perluasan parit dan drainase masih tetap banjir. Artinya masalahnya tidak disitu,” pungkasnya. (Advetorial)

Penulis : Oen
Editor : M Jay

Share